NEWS UPDATE :  

Berita

Menerapkan Disiplin di Sekolah

Disiplin merupakan suatu kegiatan yang dilakukan agar tidak melanggar peraturan yang berlaku demi terciptanya suatu tujuan. Disiplin tidak hanya dilakukan di rumah tapi disiplin juga bisa dilakukan di sekolah. Dengan adanya disiplin di sekolah murid-murid akan melakukan segala sesuatu dengan tertib dan teratur sehingga tercapainya impian dan tujuan dalam hidup.

Kegiatan sekolah merupakan salah satu bentuk dari disiplin seperti guru maupun murid berperilaku sopan santun, bahasa yang baik dan benar. Dan murid menerima teguran atau hukuman yang adil. Serta guru dan murid bekerjasama dalam membangun, memelihara dan memperbaiki aturan-aturan dan norma-norma.

disiplin yang di terapkan haruslah yang positif,

Apa tandanya sebuah sekolah telah menerapkan disiplin positif di dalam kesehariannya? Berikut beberapa cirinya:

1. Membangun Kegiatan Belajar Tepat Tumbuh Kembang Anak

Tahap Usia 0 – 7 tahun peran orangtua dan guru adalah hanya dengan menjadi suri teladan yang baik untuk ditiru oleh anak dan menghadirkan lingkungan yang positif baginya. Tahap Usia 7 – 14 tahun, orangtua dan guru dapat menerapkan perannya sebagai pemangku otoritas yang disegani dan dihormati untuk menyediakan referensi yang kaya kepada anak terkait dengan standar perilaku yang sedang dibangunnya.

Tahap Usia 14 – 21 tahun, orangtua dan guru dapat berperan sebagai penasihat untuk membangun standar perilaku anak yang tepat bagi dirinya maupun lingkungannya, dan juga menjadi teman diskusi yang setara untuk memberikan pertimbangan kepada anak terkait dengan dampak positif dan negatif atas segala perilaku yang sedang dilakukannya.

2. Memahami Karakteristik dan Kebutuhan Anak

Setiap anak itu unik. Guru dan pendidik di sekolah sebagai pihak dewasa semestinya tidak menyeragamkan cara pendampingan untuk semua anak, baik anak-anak di sekolah (anggota kelas) maupun di rumah (adik-kakak). Oleh karenanya, langkah pertama yang bisa guru dan pendidik di sekolah lakukan adalah memahami karakteristik mereka. Pelajari lebih jauh keunikan setiap anak, apakah ia tipe anak yang aktif, sensitif, temperamen, kritis, dan sebagainya. Apa yang ia sukai, bagaimana cara belajarnya, bagaimana hubungan pertemanannya, dan sebagainya.

3. Menyelenggarakan Gotong Royong antara Guru dan Orangtua

Seringkali sekolah menjadi tempat “penitipan” anak sementara orangtua bekerja. Banyak juga orangtua yang hingga kini masih percaya jika sekolah adalah tempat mendidik anak yang utama tanpa perlu bantuan atau kerjasama dari rumah. Dengan menjadikan guru sebagai partner, orangtua dapat mulai membangun komunikasi dan kerjasama untuk saling mengetahui perkembangan anak, apa pencapaian-pencapaian kecil yang telah mereka raih, dan apa kendala yang sedang mereka hadapi dalam kesehariannya. Berangkat dari itu, orangtua dan guru dapat saling mengetahui kesulitan dan tantangan yang sedang dihadapi dalam mendampingi proses belajar setiap anak.

4. Meningkatkan Intensitas Komunikasi

Biasanya, jauh dekatnya hubungan antara dua orang dipengaruhi oleh seberapa banyaknya mereka saling berkomunikasi (misalnya dengan cara mengobrol). Dengan sering mengobrol, kita dapat mengetahui lebih banyak hal-hal tentang lawan bicara kita, termasuk karakteristiknya. Oleh karenanya, orangtua harus dapat mencoba mengalokasikan waktu untuk saling mengobrol dan berbagi, baik dengan anak maupun dengan guru.

5. Membangun Hubungan yang Lentur (Jamak-Peran)

Sebagai orang dewasa, kita perlu menghadirkan diri secara lentur di hadapan anak-anak. Ada saatnya seorang guru berperan sebagai teman diskusi atau sosok kakak (orang dewasa) yang dapat mengerti permasalahan remaja. Orangtua juga dapat menjadi teman yang asyik di saat tertentu ketika di saat yang lain ia adalah sosok pengayom yang “ditakuti” dengan segala otoritas yang dimilikinya.

Berita
NEWS UPDATE :  
Pencarian
PROFIL SEKOLAH
Polling

Penilaian Web Sekolah

  SANGAT SUKA
  SUKA
  BIASA
  KURANG SUKA
  TIDAK SUKA

  Hasil Polling
Lokasi